Sabtu, 24 November 2012

PANCASILA BERHALA KAUM MUSLIMIN...!!!

Pancasila, Berhala Kaum"Muslimin" 
Indonesia Ketika atas nama TOLERANSI jauh lebih AKBAR lalu mereka MENGKAFIRI perintah Allah untuk berhukum dengan hukum Allah atau syariat Islam....

 "Apakah Hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang (meyakini) agamanya?" [QS. Almaidah:50] 

Ketika mereka sangat marah lambang garuda dilecehkan NAMUN
ketika syariat Islam dilecehkan, dihinakan, dicemooh, dicampakan KARENA hukum Allah tidak diformalisasikan kedalam negara mereka DIAM & BUNGKAM serta tenang-tenang saja...


"Dan diantara manusia ada orang- orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang- orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa , bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya ." [QS. AlBaqarah:165]

 "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: (tidak)", tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak- bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala ?" [QS. Lukman :21]

 "Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: 
"Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
apa-apa dan tidak mendapat petunjuk ?." [QS. Almaidah:104] 


Ketika mereka berangan-angan bahwa pancasila itu sesuai AlQuran, lalu apakah ketika agama FIR'AUN dan MAJUSI dan YAHUDI yang mengajarkan keadilan, kemanusiaan, kebijaksanaan lalu dengan ketololannya mengatakan Agama Fir'aun, Majusi, Yahudi itu selaras dengan AlQuran???

ketika Kristen mengatakan mengajarkan Trinitas, tiga dalam satu yang artinya ESA, apakah Esa/agama Kristen itu selaras dengan Alquran??? 

Apakah dengan begitu diasumsikan bahwa AGAMA FIR'AUN=MAJUSI=YAHUDI=
KRISTEN adalah sama dengan ALQURAN karena sama-sama mengajarkan kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, kemanusiaan, dll???? 


PANCASILA=SESUAI ALQURAN??? 
  "Katakanlah: "Perlihatkanlah kepadaku sembah-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu-Nya, sekali- kali tidak mungkin! Sebenarnya Dia- lah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." QS. SABA':27]

 (azzam-global.blogspot.com)

Jumat, 23 November 2012

HUKUM BERSENTUHAN DGN BKN MAHROM

Hukum menyentuh wanita bukan mahram

Oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziiz bin Baaz rahimahullah

Pertanyaan:

Bagaimana hukum menjabat tangan
wanita yang bukan mahram? Bagaimana
pula hukumnya bila pada tangan wanita
tersebut dilapisi sarung tangan atau
semisalnya? Dan apakah ada perbedaan
jika yang menjabat tangannya itu anak muda, orang yang sudah tua atau wanita
yang telah lanjut usia?


Jawaban:

Tidak boleh berjabat tangan dengan
wanita yang bukan mahramnya secara
mutlak, baik wanita itu masih muda
ataupun sudah tua, baik laki-laki yang
menjabat tangannya masih muda ataupun
sudah tua, karena hal tersebut dapat menimbulkan fitnah. 
 
Telah shahih riwayat
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi
wasallam,  
 
“Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan
dengan wanita.” [H.R. Ahmad 26466, An-
Nasa’i 4181, Ibnu Majah 2874]
 
A’isyah radhiyallahu ‘anha berkata,
 “Tidak pernah sama sekali tangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi
wasallam menyentuh tangan wanita,
melainkan beliau membaiat mereka
dengan ucapan.” [HR. Al-Bukhari 5388
dan Muslim 1866] 
 
Tidak dibedakan apakah menjabat
tangannya dengan pelapis ataupun tidak,
karena keumuman dalil menunjukkan hal
tersebut, dan hal ini dalam rangka
menutup pintu fitnah.”


Majallah Ad-Da’wah edisi 885
Alih Bahasa: Fikri Abul Hasan

Kamis, 22 November 2012

TDK ADA UDZUR KRN JAHIL DLM SYIRIK AKBAR,,!


Tidak Ada Udzur Karena Jahil (Dalam Syirik Akbar)

Dewan Riset Dan Buhuts Ilmiyyah
Fatwa No: 9257 Tanggal: 22/12/1405 H



Pertanyaan pertama: 

Apakah setiap orang yang melakukan satu amalan dari amalan
kekafiran atau kemusyrikan dia itu langsung
kafir...??? 


perlu diketahui bahwa dia melakukan
hal itu karena kejahilan, apakah dia
dimaafkan (udzur) karena kebodohan itu
atau tidak??? 

Apakah dalil-dalil yang menyatakan adanya udzur atau tidak ada???

Jawaban: 

Orang mukalaf itu tidak diudzur karena ibadah dia kepada selain Allah atau
taqarrub-nya dengan berupa sembelihan
kepada selain Allah atau nadzar-nya
kepada selain Allah dan ibadah-ibadah
lainnya yang merupakan hak khusus Allah,
 

kecuali bila dia itu berada di negeri-negeri bukan Islam dan belum sampai dakwah
kepadanya. Maka dia itu diudzur karena
belum sampainya dakwah, bukan karena
kejahilannya, berdasarkan hadits riwayat
Muslim dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu

 

dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau berkata: 
“Demi dzat yang
jiwaku berada di Tangan-Nya, tidak
seorangpun dari umat ini, baik Yahudi atau
Nasrani mendengar akan keberadaanku
dan dia itu tidak beriman kepada yang aku
diutus dengannya, melainkan dia itu pasti tergolong penghuni neraka”, 


beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam tidak
mengudzur orang yang mendengarnya,
sedangkan orang yang hidup di negeri-negeri Islam sungguh dia telah mendengar
akan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga tidak ada diudzur dalam masalah
ushulul iman karena kejahilannya. 


Adapun orang yang meminta kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam agar beliau
menjadikan Dzatu Anwaath untuk mereka
gantungkan senjata-senjata mereka di
sana, maka mereka itu adalah orang-orang
yang baru masuk Islam, dan mereka hanya meminta saja dan tidak melakukannya,
sehingga yang terjadi dari mereka itu
adalah bertentangan dengan syari’at, dan
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah
menjawab mereka dengan (jawaban) yang
menunjukan bila mereka melakukan apa yang mereka pinta tentu mereka kafir. 


Ketua: Abdul ‘Aziz Ibnu Abdillah Ibnu Baz Wakil ketua: Abdurrazaq ‘Afifi Anggota: Abdullah Qu’ud dan Abdullah Ghudayyan. 

Arsip lama terjemahan dari Ust. Abu
Sulaiman Aman Abdurrahman

JALAN TOL KE MEDAN JIHAD…!!!


JALAN TOL KE MEDAN JIHAD…!!!
Assalamualaikum…

Jujur saja saya sangat merasa tidak nyaman dengan adanya
sebagian orang yang ‘ngawur’, bereaksi secara sembarangan dan
bereaksi buta. Mereka menginginkan jalan menuju bumi jihad begitu
saja sembari mengatakan : Daripada saya duduk-duduk lebih baik
saya dipenjara!!

Duh…kalau saja mereka tahu bagaimana ditangkap dan apa isi
penjara. Dan mengerti apa itu penyiksaan dan cobaan yang membuat
seseorang murtad dan berkhianat, padahal sebelumnya ia seorang ahli
tauhid yang mujahid (kecuali orang-orang yang mengisi hatinya
dengan iman dan yakin, serta mengisi fikirannya dengan ilmu syar‘î).

Orang-orang ngawur dan malang itu tidak menyadari bahwa
orang-orang yang berguguran di penjara dan terkena fitnah agamanya
–kita berlindung kepada Alloh—dulunya adalah ikhwan-ikhwan yang
punya peran besar dalam jihad serta memiliki amalan-amalan yang
tak bisa diremehkan. Hanya saja, penjara memang ujian besar, demi
Alloh.

Oleh karena itu, saya ingin menyajikan di hadapan antum jalan
menuju jihad, di mana tidak ada jalan lagi selainnya.

Akhi tercinta…
Jika memang dirimu jujur, ambillah nasehatku dan praktekkan
apa yang ada di dalam suratku ini. Semoga Alloh selalu membimbing
diriku dan dirimu. Berikut ini teks dari dua surat yang saya kirim
kepada salah seorang ikhwan, di dalamnya saya jelaskan jalan tersebut.
Surat pertama berjudul : “Saya menganggap dirimu termasuk
orang yang jujur…jika memang benar kamu ingin berangkat
berjihad di jalan Alloh, silahkan masuk!”.

Saya menulis surat ini kepada salah seorang ikhwah setelah
sebelumnya ia bertanya tentang jalan menuju jihad secara umum.
Berikut petikan suratnya selengkapnya :

“Assalamualaikum wa rohmatulloh wa barokatuh…
Akhi tercinta, si fulan al-fulani..
Ketahuilah, sebuah kebahagiaan tak terkira ketika dirimu berhasil
mendapatkan jalan (menuju medan jihad) setelah sekian lama bersusah payah
dan berlelah-lelah. Dan itu adalah karunia yang hanya Alloh berikan kepada
siapa yang Dia kehendaki.

Akhi...., jalan untuk menjalin hubungan dengan mujahidin tidaklah sulit
jika hanya melalui internet. Sebab ratusan ikhwan mujahidin yang jujur
tengah ‘standby’ dan rata-rata mereka mengerti jalur-jalur ke medan jihad.

Alloh telah mentakdirkanmu menjalin hubungan denganku, dan sungguh
sebuah kehormatan ketika aku memberitahu dirimu tentang jalan menuju
jihad. Saya paling senang menerima pekerjaan ini. Bagaimana tidak,
sedangkan orang yang menyiapkan bekal orang yang berperang pahalanya
sama dengan yang berperang?!

Oleh karena itu, akhi, urusan ini serius dan bukan main-main. Dan
sebagai saudara yang mencintaimu, kuminta dirimu membaca suratku ini
perhuruf, baca secara detail, karena surat ini sangat-sangat penting.

Jalan itu, wahai akhi yang sedang terlelap, adalah kamu tinggalkan kasur
empuk lalu tidur di atas tikar!!!

Jalan itu, wahai akhi yang bodoh (maafkan aku), adalah kamu belajar dan
mencari ilmu!!!

Jalan itu, wahai akhi yang sembron...
adalah kamu bertakwa kepada Alloh dan
mengambil pelajaran dari orang lain!!!

Jalan itu, wahai akhi yang banyak dosa...
adalah kamu bertaubat dari dosamu
dan memperbaiki hubungan antara dirimu dengan Alloh!!! 

Jalan itu, wahai akhi yang pemalas... 
adalah kamu shalat malam setiap hari dan puasa senin
kamis. Bahkan kalau bisa sehari puasa sehari tidak!!! 

Jalan itu, wahai akhi yang duduk-duduk.....
adalah kamu melakukan persiapan, kamu siapkan
fisikmu, kamu siapkan keimanan-keimananmu, kamu siapkan amalmu,
keahlianmu dan kemampuanmu!!!Jalan itu,

wahai akhi yang putus asa... 
adalah kamu yakin kepada Alloh dan
berprasangka baik kepada-Nya!!!

Mau saya tambah?!!
jika kamu sudah menjalankan apa yang baru saja kuberitahukan, maka
aku bersumpah dengan nama Alloh Ta‘ala, kamu akan mendapatkan jalan itu
dengan mudah…

Maafkan aku jika aku bertutur kata sedikit kasar kepadamu, tapi
bagaimana kamu ini…apakah akan kau biarkan dirimu terjerumus ke dalam
kebinasaan dan kau lempar begitu saja dirimu kepada anjing-anjing yang
sudah menunggu supaya mereka memangsamu sedikit demi sedikit? 

Apakah kamu kira dengan begitu kamu bisa syahid? Memang hanya Alloh yang lebih
tahu tentang dirimu, dan aku tidak akan lancang di hadapan Alloh. Akan
tetapi, kamu tidak akan syahid hanya dengan sikap ngawur buta, bahkan
dirimu putus asa, tidak percaya kepada Alloh dengan sebenar-benarnya, lalu
kau lempar nyawamu yang mahal dengan murah supaya ditangkap?

Kau kira penjara itu mudah???!

Tidak, demi Alloh, penjara bukanlah sesuatu yang ringan!
Demi Alloh, penjara adalah fitnah. Demi Alloh, penjara adalah malam malam panjang dalam siksa.
Demi Alloh, penjara isinya berbalik dari jalan kebenaran.
Demi Alloh, penjara berisi pengkhianatan dan diperalat musuh.
Demi Alloh, penjara adalah mengakui kawan-kawanmu dan membongkar catatan mereka.
Demi Alloh, penjara isinya ketakutan dan kepedihan tak terkira.

Jika dirimu tak sanggup sabar duduk di rumahmu sebagai orang mulia,
demi Alloh kamu tak akan sanggup bersabar menghadapi ujian penjara,
kecuali jika Alloh berkehendak!!!

Ada apa dengan dirimu, akhi?!
Dulu aku juga pernah seperti kamu. Aku dulu berkata : Aku bersumpah
dengan nama Alloh, aku ditangkap itu lebih baik daripada aku hidup dalam
kehinaan seperti ini.
Tapi aku ngawur dan percaya begitu saja terhadap ‘ikhwan’ di dunia
maya. Untung saja Alloh selamatkan aku. Mereka adalah orang-orang
terpercaya, tapi tetap saja mereka tak bisa memberangkatkan diriku. 

Tahukah kamu mengapa?
Karena jalan ini adalah jalan ceceran daging, darah,
penangkapan, penyiksaan..
Jika kamu belum siap memasukinya, tidak usah menapakkan langkah
pertama.
Ya akhi, bagaimana bisa kamu percaya dengan orang di dunia maya?
Karena tulisan-tulisannya? Atau karena ucapan-ucapan manisnya?
-------
######
Sebagian isi surat dihapus karena alasan-alasan pribadi
-------
Oleh karena itu, akhi, takutlah kepada Alloh akan dirimu. Jauhilah
internet dan jalur apapun yang melaluinya, walau dari admin sekalipun.
Saya akan mengirim surat kepadamu tentang sebab-sebab utama yang jika
kamu pelihara baik-baik kamu akan berangkat. Saya jamin kamu akan
berangkat dengan izin Alloh. Saya akan mengirimnya pada surat berikutnya,
Insya Alloh.
Abangmu yang setia dan sayang kepadamu : Abu Mush‘ab.

Kuharap kamu bisa menerima kata-kataku. Sungguh aku tidak
menulisnya melainkan karena aku cinta dan sayang kepadamu. Jangan lupa
doakan aku.

Wassalamualaiku wa rohmatulloh wa barokatuhu.”

Adapun surat kedua, judulnya : “Dari sini jalan itu, insya
Alloh…!” saya mengirim kepada ikhwan yang lain. 
Berikut teksnya:

“Akhi…
Pertama-tama, kamu tahu sendiri betapa sulitnya berurusan melalui
internet.
Kepada semua ikhwanku, ambillah kata-kataku ini. Jika kamu mau,
laksanakanlah, dan kamu akan beruntung. Jika kamu tidak mau, maka kukira
kamu tidak akan pernah bisa berangkat kecuali jika Alloh berkehendak.

Akhi…Semua kata yang akan kutulis ini kupelajari dari
kesusahpayahan dan kelelahan, melewati proses pengejaran dan pemantauan
(musuh), melalui malam-malam kehinaan yang kualami karena aku dudukduduk
saja (tidak berjihad), melalui tahun-tahun panjang di penjara, di sel-sel
toghut Saudi.

Dulu kata-kata ini pernah diucapkan oleh salah seorang ikhwanku
kepadaku. Namun aku baru faham maksudnya setelah aku mengalaminya
langsung. Oleh karena itu, jadilah orang yang lebih cerdas dan lebih jujur
daripada aku. Jangan sampai kamu tersandung batu yang sama dengan yang
kusandung.

Akhi…
Rumus pertama dan rumus utama, tanpa rumus ini kamu tidak akan
berangkat, apapun yang kamu lakukan…
..adalah: yakin kepada Alloh. Hendaknya kamu yakin bahwa Alloh sajalah
yang Maha Kuasa memberangkatkanmu.

Sekiranya kamu kelilingi seluruh penjuru dunia agar kamu bisa berangkat,
kamu tidak akan berangkat kecuali kamu sadar bahwa yang
memberangkatkanmu hanya Alloh Ta‘ala.
Kebetulan di sini ingin saya sampaikan, rumus ini termasuk rumus
paling indah, paling pasti dan paling menyenangkan. Sebab ketika kamu
bermunajat dengan Robbmu di tengah malam, sementara air mata mengalir
di pipimu, sesungguhnya kamu tengah bermunajat dengan Kekasihmu yang
tidak akan mentelantarkanmu. 

Kamu bermunajat dengan Dzat Yang Maha Agung 
yang tidak akan menyia-nyiakanmu. Kamu bermunajat dengan Dzat
yang selama ini selalu memberimu kebaikan dan bersabar atas maksiat yang
kamu lakukan!

Maka lihatlah kontak hubungan antara hamba dan Robbnya ini, yang
lidah tak sanggup mensifatinya.
Satu lagi yang harus kamu perhatikan: berbaik sangkalah kepada Alloh,
bersikaplah ridho kepada-Nya, dan bertaubatlah dengan taubat yang sebenarbenarnya.

Rumus yang kedua… tidak ada yang berangkat selain orang yang hati
dan perbuatannya jujur. Jika hatimu jujur dan ikhlas karena Alloh saja, tentu
kamu akan membuktikannya dengan kejujuran perbuatanmu. Caranya
dengan melakukan i‘dad dan berusaha mencari penunjuk jalan (guide)
terpercaya. Oleh karena itu, buatlah program i‘dad, akhi tercinta. 

Berbuat dan ber-i‘dadlah seolah-olah kamu berangkat besok! Jadikan majalah “Al-Battar”
sebagai panduan, ikuti program-program olahraga yang ada di situ. Dan
ingat, bulatkan tekad. Bulatkan tekad, hai singa! Kemudian, hendaknya kamu
penuhi hal-hal mendesak sekali yang saya ringkaskan di bawah ini:
-Baca kitab Al-Umdah fi i‘dadil ‘uddah.
-Baca kitab Tanbiihur Roohil ilaa maa yuhtaaju minal masaa’il.
-Kitab Millah Ibrohim (mungkin sebenarnya kamu sudah membacanya
sejak lama).
-Kitab Dakwah Muqowamah Al-Islamiyah Al-‘Aalamiyah, tulisan Abu
Mush‘ab As-Suuri.

Tentu saja kamu tidak dituntut membaca semuanya secara langsung.
Tapi pertama-tama bacalah Al-Umdah bersamaan dengan Millah Ibrahim.
Jika sudah selesai, baca Tanbiihur Rohil + Dakwah Muqowamah Aalamiyah
(buku Dakwah Muqowamah ini tebal sekali, yang pengting harus ada yang
kamu ambil darinya walaupun sedikit).

NB: Membacanya tidak perlu lembar demi lembar, tapi cukup dengan
mengkaji ringkasan-ringkasannya.

Rumus ketiga adalah: masalah-masalah keimanan. Apa itu? Sekali lagi
apa itu masalah-masalah keimanan?
Sungguh, sekiranya para ‘qo‘iduun’ mengerti masalah-masalah iman itu pasti
mereka akan mencengkeramnya dengan gigi-gigi mereka dan meninggalkan
forum-forum internet yang kami serukan kepada mereka agar mereka
mengetahuinya.

Dan perlu diketahui, orang yang paling cepat berhijrah adalah yang paling
sungguh-sungguh memenuhi masalah-masalah iman ini.
Dan ini terserah kepada kamu. Kalau kamu mau berangkat sepekan lagi,
tergantung kamu dan tekadmu. Kalau kamu mau berangkat setahun lagi,
tergantung kamu dan tekadmu. Akan tetapi, demi Alloh, masalah-masalah
iman ini mampu membalikkan semua keadaan, kepala bisa jadi kaki, kaki bisa
jadi kepala. Dan sekali lagi seperti yang saya katakan, ini semua tergantung
kamu.

Namun demikian, saya ketengahkan kepadamu hal-hal yang paling
penting:
-Senantiasa sholat Subuh di mesjid (ada baiknya membuat program
olahraga setiap selesai sholat Subuh).
-Menjalankan shoum. Konon Syaikh Abu Anas Asy-Syaami –semoga
Alloh menerima beliau sebagai syuhada— puasa dua pekan penuh sebelum
berangkat (ke Irak, penerj.)
-Sholat malam (ini adalah kunci rahasia keberangkatan), walaupun
hanya satu rekaat, di sepertiga malam terakhir.
-Setiap hari membaca Al-Quran, menghafal dan mengulang (walaupun
sedikit).
-Dan amalan-amalan lain yang Alloh bukakan untukmu.

Adapun rumus keempat adalah: berusaha mencari guide yang bisa
dipercaya. Ini tergantung sejauh mana semangatmu menjalankan masalahmasalah
iman di atas dan dalam ber-i‘dad. Jika Alloh melihat pada dirimu ada
kejujuran, tekad yang kuat dan pengorbanan, maka kita tinggal menunggu
hari saja. Percayalah! Tak lama setelah itu, demi Alloh.

Kemudian hendaknya kamu berusaha dengan penuh waspada dan cerdas.
Apalagi para ikhwan di masa-masa sekarang ini kewaspadaannya sepuluh kali
lipat daripada dulu (maksud saya dulu adalah satu atau dua tahun yang lalu).
Mereka punya patokan-patokan baku dari para mujahidin, supaya yang
dikirim benar-benar orang yang tsiqoh dan lurus.
Kemudian, di sana ada batas minimal dari i‘dab fisik dan i‘dad ilmu (ilmu
syar‘i). Apa yang saya jelaskan kepadamu tadi adalah batas minimal, dan itu
sudah cukup Insya Alloh.

Sekarang cobalah mencari guide (setelah berdoa kepada Alloh dan
beristikhoroh). Pencarian ini tidak sulit tidak juga gampang, namun itulah
permulaan kemudahan yang Alloh berikan kepadamu. Selanjutnya, kamu
harus sabar, terus mencari dan waspada.
Bekerjalah bersama orang-orang yang kamu percaya mengenai urusan
keberangkatan. Kamu tidak tahu, mungkin saja ikhwan yang menjadi guide
itu bertetangga denganmu, atau berada di kota lain.
Urusan ini mudah insya Alloh, hanya saja perlu dicari dan butuh
kepercayaan penuh.”
===
Sebagai penutup, saya mengingatkanmu dengan firman Alloh
Ta‘ala:

“Dan seandainya benar mereka hendak berangkat berperang, tentu
mereka menyiapkan persiapan…” (QS. At-Taubah: 46).

Saya wasiatkan kepadamu: perkuatlah tekadmu. Perkuatlah
tekadmu!
Demi Alloh, kamu tidak tahu, siapa tahu kamu lebih jujur kepada
Alloh daripada aku sehingga kamu bisa berangkat duluan. Tetapi
yang paling penting, bulatkan tekadmu dan cobalah membuat limit
waktu tertentu, seperti dua pekan, sebulan atau dua bulan, setelah itu
bekerjalah seolah-olah kamu benar-benar akan berangkat setelah
waktu tersebut habis. 

Jika Alloh melihat ada kejujuran dan tekad kuat
pada dirimu, Alloh akan mengkaruniakan kebaikan yang kamu citacitakan.
Lunasilah hutang-hutangmu, perbaikilah pergaulanmu terhadap
kerabat dan teman-temanmu. Berusahalah lebih banyak diam
daripada bicara. Ambil langkah pengamanan paling maksimal, dan
bacalah buku Mausuu‘ah Amniyyah Abu Zubaidah.

Bersikaplah terhadap dunia seolah-olah kamu akan
meninggalkannya besok atau sebelum besok.
Aku pun tak tahu, mungkin kamu sudah mendahuluiku dan kamu
hanya mengirim salam kepadaku sementara aku masih di sini karena
dosa-dosaku. Jangan bilang “Aku tidak tahu penunjuk jalan” lagi
kepadaku, karena aku sudah memberitahumu cara untuk sampai
kepada salah satu dari penunjuk jalan tersebut. 

Dan di sana ada ikhwan-ikhwan yang jika kamu ajak bersaing (dulu-duluan) ia berkata
kepadamu: “Jika aku tak kunjung mendapatkan penunjuk jalan dalam
waktu sekian dan sekian, aku akan menempuhnya dengan berjalan
kaki.”
Walaupun contoh ini kusampaikan sekedar selingan saja.
Tapi yang jelas semangat saja sekarang tidak berguna. Jika benar
dia (si orang malang itu) berjalan kaki, mujahidin pasti tidak mau
menerimanya, sebab ia tak terrekomendasi. Itupun kalau memang dia
benar-benar bisa sampai!

Kepada semua ikhwan, inilah jalan itu, ia ada di hadapanmu,
sekarang terserah dirimu, tekadmu dan kejujuranmu kepada Alloh.
Saya pesankan kepadamu perkara-perkara penting:

-Pertama, tinggalkan orang yang menggantikan pekerjaanmu
ketika kamu pergi.
Artinya, bentuklah sel yang terdiri dari lima orang saja, bangkitkan
semangat sebagian mereka dan kobarkan semangat para pemuda.
Sehingga ketika kamu berangkat, masing-masing dari kelimanya
merasa seperti kehilangan anak, setelah itu mereka terpicu
semangatnya, mengadakan persiapan, dan setelah itu berangkat.

-Kumpulkan uang sebanyak mungkin yang kamu bisa. Karena
ikhwan-ikhwan sangat memerlukan dana, dan jangan lupa selalu
menjaga sekuriti dan kewaspadaan.

-Angkat wakilmu di forum (internet) ketika kamu berangkat.

-Permudahlah urusanmu dengan sirriyah dan kitman yang ketat.

Dan terakhir, jangan lupa doakan aku di sepertiga malam
terakhir.

Sumber: forum al-ekhlas
Penerjemah >> Khadimul Jihad >> Staff Al-Tawbah

MENELANJANGI KITAB IBLIS PANCASILA

MENELANJANGI KITAB IBLIS 
PANCASILA


Pancasila yang dikatakan sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bersumber pada filsafat-filsafat Barat maupun filsafat-filsafat Timur. M. Yamin berkata tentang ini: “Pancasila sebagai hasil penggalian Bung Karno ini sesuai pula dengan pandangan tinjauan hidup Neo Hegelian”.
Serta perhatikan pidato Bung Karno dihadapan BPUPKI, antara lain mengatakan, inspirasi-inspirasi tentang Pancasila ia peroleh dari pemikir-pemikir Sosialis Cina.
Jadi kandungan Pancasila adalah sebagian besar diambil dari filsafat-filsafat Barat maupun filsafat-filsafat Timur (sosialis komunis) serta dimasukkan beberapa ajaran Islam, kemudian jadilah ia sebagai collective ideologi (ideologi bersama) bagi bangsa Indonesia.
Itulah sebabnya, seorang Muslim perlu menganalisa secara mendalam kandungan Pancasila, apakah bertentangan atau tidak dengan Islam, agar aqidah ummat Islam tidak tercampur baur yang mengakibatkannya musyrik kepada Allah Azza wa Jalla.
Sebagaimana kita ketahui Pancasila terdiri dari lima sila yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
 2. Kemanusian yang adil dan beradab.
 3. Persatuan Indonesia.
 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan    perwakilan.
 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Inilah analisa kandungan pancasila yang harus di ketahui oleh setiap orang islam:



Sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa


Konsep ketuhanan dalam Pancasila tidak jelas maknanya, karena ditafsirkan menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam ragam agama dan kepercayaannya itu. Penafsiran Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Islam sangat berbeda dengan penafsiran menurut Kristen ataupun lainnya. Dalam Pancasila terdapat banyak Tuhan, yaitu Tuhannya orang-orang Islam, Tuhannya orang Kristen, Tuhannya orang Hindu, Tuhannya orang Budha dan lainnya, jadi Tuhan-Tuhan manusia Indonesia berkumpul dalam Pancasila sebagai wadah tunggal, sebagai collective ideologi (aqidah bersama).
Bagaimana konsep Ketuhanan dalam Islam samakah dengan Pancasila?
 Allah berfirman:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi25 Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”. (Al Baqarah: 255)
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa”. (Al Ikhlas : 1)
Sebagaimana tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 255, missi Islam adalah untuk menegakkan kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH, tidak ada Illah kecuali hanya Allah saja. Jadi konsepsi dalam Islam hanya ada satu Illah saja, yaitu Allah Azza wa Jalla. Selainnya tidak!!! Tidak ada tuhan Yesus, tidak ada Sang Yhang Whidi, tidak ada Tao, tidak ada tuhan-tuhan lainnya. Yang ada hanya Allah Azza wa Jalla.
Bagaimana konsep Pancasila dengan Islam tentang Tuhan ini, sama atau tidak?
Pancasila mengakui adanya tuhan-tuhan selain Allah, sedangkan Islam melarangnya (Musyrik/Kafir). 

Allah berfirman:
“Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”. (Al Maidah: 73)
Jadi disini jelaslah bertentangan konsep Islam dengan Pancasila. Akibat adanya kesatuan Tuhan dalam Pancasila dianggapnya semua agama adalah baik dan benar, inilah kemusyrikan yang nyata, jelas-jelas melanggar konsep Allah dan Rasul-Nya.  

Allah berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab26 kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (Ali Imran: 19)


Jadi jelaslah sila pertama dari Pancasila ini sangat bertentangan dengan Islam, karena dapat membuat seorang Muslim menjadi musyrik kepada Allah.

Sila ke 2: Kemanusian yang adil dan beradab

Dalam kontek Pancasila, sesuatu perbuatan dianggap adil dan beradab apabila sesuai dengan sifat manusiawi (kemanusian).
“Jadi kemanusian yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan”.
Jelaslah menurut Pancasila, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kodrat manusiawi (nafsu) tidak dapat diterima dan dibenarkan sama sekali, padahal manusia yang tidak dilandasi dengan keimanan yang kuat maka cenderung mengikuti hawa nafsu yang sesat. Dalam Pancasila banyak hal-hal yang mengikuti hawa nafsu manusia bukan yang diturunkan Allah, 

misalnya:
- Hukum potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi penzina adalah tidak manusiawi, jadi hal ini tidak dapat diterima oleh Pancasila, sedangkan hal ini adalah wahyu Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim, jika ia tidak melaksanakannya maka ia telah KAFIR (Al Maidah: 44).
Dalam kontek Pancasila penzina adalah orang yang mempunyai suami dan istri lalu melakukan hubungan dengan orang lain, dikatakan berzina apabila mendapat tuntutan dari salah satunya, sedangkan muda mudi yang berhubungan tidak dianggap berzina, asalkan suka sama suka, tidak dihukum sama sekali. Sedangkan menurut Islam mereka adalah penzina semua yang harus dihukum. Bertolak belakang betul konsep adil dan beradab menurut Islam dan Pancasila.
- Presiden sebagai kepala negara dan pemegang kekuasaan tertinggi negara dapat membebaskan seseorang dari tuntutan hukuman (hak Grasi, Rehabilitasi dsbnya), ini adalah adil menurut harkat kemanusiaan.
 sedangkan menurut Islam siapapun tidak berhak membebaskan seseorang dari hukuman yang telah ditentukan, walau Nabi sekalipun, sebab ini adalah hak tunggal yang hanya dimiliki oleh Allah saja

- Ekonomi Pancasila ala kapitalis, hak perorangan, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, tanpa mempunyai kewajiban sedikitpun untuk mengeluarkan hartanya, yang dalam Islam dikenal dengan Zakat, inikah kemanusian yang adil?
- Dan seterusnya.


Sila kedua ini sudah jelas sangat bertentangan dengan konsep Islam, karena sifat manusia tidaklah terlepas dengan nafsu yang selalu condong kearah maksiat, itulah sebabnya Islam tidak mengizinkan seseorang untuk mengikuti harkat kemanusiaan yang berdasarkan pada hawa nafsu belaka, seorang manusia harus tunduk dibawah kehenda wahyu yang diturunkan Allah

Allah berfirman:
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (An Nur: 51)

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al Ahzab: 36)
Itulah konsep Islam, otak/fikir, hawa nafsu harus tunduk dibawah ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Sila ke 3: Persatuan Indonesia


Pancasila menyebutkan, seorang warga negara Indonesia harus bersatu padu dalam segala hal, mengutamakan kepentingan negara dan bangsa dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan (termasuk kepentingan agama sekalipun).
Bolehkah ummat Islam bersatu padu dengan orang-orang kafir dalam segala hal?

Allah berfirman:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Fath :29)
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali (mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (At Taubah: 23)
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (Al Mujadilah: 22)
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.“ (At Taubah: 73)

Jihad, Mazhab Hanafi mengartikannya:
Lughoh: Menggunakan sesuatu secara maksimal baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Syari’ah: Membunuh orang-orang kafir, memancung kepala mereka, mengambil harta mereka dan meruntuhkan rumah-rumah berhala (ibadah) mereka guna menegakkan Islam.
Buka Al Qur’an lagi: Al Maidah: 54, An Nisa: 144, Ali Imran: 28, Al Maidah: 51 dan 57.
Dengan tegas dan jelas Allah Azza wa Jalla melarang kaum Muslimin untuk bersatu dengan orang-orang kafir, apabila dalam menjalankan ibadah kepada Allah, Islam tidak mengenal toleransi beragama (beribadah bersama-sama), ummat Islam hanya diperintahkan bersatu, hanya berdasarkan taqwa kepada Allah, yaitu dengan sesama Muslim bukan sama orang kafir yang membenci Islam.
Pancasila dapat menimbulkan sifat nasionalisme, dan demikianlah tujuan Pancasila
“Dengan Persatuan Indonesia harus pula dikembangkan semangat cinta tanah air dan bangsa (nasionalisme) serta semangat pengabdian dan pengorbanan kepada tanah air dan bangsa (Patriotisme), yang hakekatnya bersumber pada kesadaran senasib dan seperjuangan dalam menghadapi tantangan hidup”.
Dengan tegas dan jelas dikatakan Pancasila bertujuan untuk menciptakan sikap nasionalisme ini dapat menimbulkan kebanggaan raas, merasa lebih tinggi dan baik dari bangsa lain, serta memandang rendah mereka, Islam memandang mulia dan tidaknya seseorang bukan tergantung dari ras, melainkan taqwanya kepada Allah semata.
Islam diturunkan untuk menghapuskan nasionalisme dan mempersatukan ummat manusia seluruh dunia dibawah naungan Al Qur’an dan Sunnah. 

Allah berfirman:
 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al Baqarah: 30)

Khilafah adalah sistem pemerintahan dalam Islam, manusia sebagai wakil Allah untuk menjalankan semua yang diturunkan-Nya, semua peraturan-peraturan dan perundang-undangan tidak boleh keluar/menyimpang dari wahyu Allah, daerah kekuasaannya meliputi seluruh Alam ini.
Sayyid Quthub mengatakan: 
Masyarakat Islam ialah suatu masyarakat yang Universal, yakni tidak Rasial, tidak nasional dan tidak pula terbatas didalam lingkungan batas-batas geografis. Dia terbuka untuk seluruh anak manusia tanpa memandang jenis, warna kulit atau bahasa, bahkan juga tidak memandang agama dan keyakinan atau Aqidah31.
 Menyerukan sikap Nasionalime adalah hal yang dilarang dalam Islam, Rasulullah bersabda:
Bukan tergolong ummatku yang menyerukan Ashobiyyah, bukan tergolong ummatku yang berperang atas dasar Ashobiyyah, bukan tergolong ummatku yang mati atas dasar ashobiyyah. (HR. Abu Dawud)
Selanjutnya Sayyid Quthub berkata: 
"Sebagai tindak lanjut dari penghapusan dinding-dinding raas, bahasa dan warna kulit, maka Islam meniadakan pula batas geografi antara berbagai bangsa, yang menciptakan perasaan Nasional sempit dan yang menjadi sumber bagi persaingan sengit antara nation-nation yang berbeda –beda. Persaingan inilah yang melahirkan sistem penjajahan yang intipatinya ialah eksploitasi bangsa atas bangsa, jenis atas jenis dan tanah air atas tanah air"
Persatuan Indonesia ini juga akan melahirkn sikap patriotisme, mengabdi dan rela mengorbankan diri demi untuk kepentingan negara dan bangsa. Inilah perbuatan musyrik yang dianjurkan Pancasila. 
Seorang Muslim diperintahkan beribadah (mengabdi) dan berkorban semata-mata karena Allah saja. 

Allah berfirman:
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al An’am: 162) “Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al An’am: 163)
Sa’id Hawa mengatakan, salah satu yang mengakibatkan batalnya syahadat adalah terlalu cinta pada tanah air, berjuang karenanya semata.

Sila ke 4: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan


Pancasila menyebutkan, seluruh rakyat Indonesia harus tunduk dan patuh kepada semua peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh dewan perwakilan yang berdasarkan pada rasio sehat. 

Jadi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan berarti, bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya memakai sistem perwakilan sedang putusan-putusan harus berdasarkan kepentingan rakyat, yang diambil melalui musyawarah yang dipimpin oleh rasio yang sehat serta dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab.


Dalam sistem Pancasila, pemegang kekuasaan tertinggi adalah rakyat yang diatur/diwakilkan melalui perwakilan (MPR/DPR). Hal ini sangat bertentangan dengan sistem dalam Islam, ketaatan harus hanya kepada Allah semata dan wajib mengikuti undang-undang-Nya serta haram meninggalkan peraturan ini dan mengikuti undang-undang buatan manusia-manusia lainnya. 

Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa:59)
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (Al Maidah: 55)
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya35. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (Al A’raf: 3)
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Al Jaatsiyah: 18 )
Pemimpin tertinggi ummat Islam adalah Allah, Rasul-Nya kemudian orang-orang yang beriman yang tunduk dan patuh kepada wahyu yang diturunkan Allah, bukan orang yang mengikuti rasio sehat yang tak terlepas dengan kemauan nafsu. Seorang Muslim harus tunduk dan patuh hanya kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, diperkenankan taat kepada manusia asalkan ia beriman dan tidak mengajak kepada maksiat terhadap Allah.
Konsep demokrasi dalam Pancasila bersumber dari kebiasaan nenek moyang bangsa Indonesia yang animisme, Hindu maupun Budha. “Demokrasi Pancasila demokrasi yang telah dipraktekkan oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala (oleh nenek moyang) dan masih dijumpai sampai sekarang”.
Demokrasi Pancasila berdasarkan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh dewan perwakilan. Sistem demokrasi Pancasila ini terlihat dalam MPR maupun DPR yang terdiri dari beberapa golongan agama dan kepercayaan, ada wakil Islam, Kristen, Hindu, Budha, Komunis, Kejawen dan lain sebagainya, menjadi satu dalam MPR/DPR yang membuat peraturan-peraturan maupun hukum. Sedangkan Islam menghendaki Syuro (Ali Imran: 159)

yang terdiri hanya dari wakil Islam, Islam yang taat saja, bukan dari berbagai golongan.
Rasulullah berkata: Kumpulkanlah para ahli ibadat yang bijaksana diantara ummatku dan musyawaratkanlah urusanmu itu diantara kamu, dan janganlah membuat keputusan dengan satu pendapat saja37. Demikianlah dalam Islam, semua keputusan yang diambil tidak boleh sama sekali bertentangan dengan Al Qur’an maupun As Sunnah.
Demokrasi Pancasila, MPR/DPR, banyak menelurkan keputusan-keputusan yang bertentangan dengan Islam, seperti UU tentang perkawinan dan lainnya. Seorang Muslim tidak diizinkan sama sekali menjadi anggota parlemen yang selalu memojokan Islam. 

Allah berfirman:
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam.” (An Nisa: 140)
Demikianlah ketentuan Islam, ini adalah sistem politik dalam Islam, politik non cooperatif. Apalagi kalau kita melihat MPR/DPR sekarang di Indonesia ini, wakil-wakil Islam hanya mencari kursi saja, tidak membawa ideologi Islam sejati, padahal ketika berkampaye selalu menggunakan ayat-ayat Al Qur’an, namun setelah menarik simpati ummat Islam, dan dipilih, mereka lupa sama sekali dengan ayat Allah yang dibacakannya. 

MPR/DPR sekarang tidak lebih sebagai parlemen/Majelis untuk memojokan ummat Islam, kaki tangan penguasa. Padahal jika ummat Islam menelaah perjuangan Rasulullah Saw., Beliau (Rasulullah Saw.) tidak pernah mau duduk bersama Abu Jahal (di darut nadwah), sekalipun Abu Jahal menawarkan kepada Rasulullah Saw. untuk bergantian memerintah Makkah.

Jadi jelaslah sudah, Musyawarah menurut Pancasila dan Islam adalah bertentangan, Islam bersumber pada wahyu Allah Yang Maha Sempurna, sedangkan Pancasila bersumber dari filsafat, hasil pemikiran otak manusia yang lemah, apalagi digali dari sumber-sumber kafir Barat dan ditambah lagi dengan sumber-sumber Indonesia tempo doeloe, animisme.

Sila ke 5: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila kelima dari Pancasila ini pada hakekatnya adalah manifestasi daripada rasa nasionalisme, yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. (lihat pembahasan sila ke III). 

Konsep keadilan sosial dalam Islam sangat berbeda dengan konsep dalam Pancasila. Konsep keadilan sosial dalam Islam sepenuhnya bersumber dari rasa Taqwa kepada Allah semata, semua bentuk keadilan sosial tidak boleh menyimpang dari konsep Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, tujuan keadilan dalam Islam untuk menciptakan kebahagian bagi seluruh ummat manusia didunia ini, tidak terbatas pada teritorial suatu daerah ataupun bangsa saja.

Sedangkan konsep keadilan sosial dalam Pancasila bersumber dari sifat-sifat manusiawi, segala sesuatu dipandang baik dan buruk diukur dengan karsa dan rasa manusia, bukan pada wahyu yang diturunkan Allah. Seperti perzinaan (pelacuran) hal ini diizinkan oleh manusia Pancasila (terbukti dengan dilokallisasikannya komplek-komplek WTS oleh Pemerintah), demi untuk tersalurnya kebutuhan nafsu manusia, hal ini dipandang sebagai kebutuhan pokok manusia.

Sedangkan hukum potong tangan bagi pencuri, rajam bagi penzina, poligami dan lainnya ditinggalkan dengan naluri kemanusiaan (biadab).
Keadilan sosial dalam Pancasila terbatas untuk rakyat yang berdomisili di Indonesia, diprioritaskan terutama untuk bangsa Indonesia, walaupun orang itu kafir. Sedangkan Islam selalu memberikan perioritas pertama pada pemeluknya walau dimanapun tempatnya, Islam tidak terbatas pada teritorial.

Jelaslah pertentangan sila kelima ini dengan Islam, perbedaannya dari tujuan maupun awalnya, Islam menghendaki terciptanya keadilan sosial bagi seluruh dunia, sedangkan Pancasila terbatas pada wilayah Indonesia.
Setelah kita menganalisa isi (kandungan) dari Pancasila secara menyeluruh, kesimpulan terakhir yang kita peroleh adalah; Semua kandungan Pancasila adalah bertentangan dengan Islam. Demikian pula secara fundamental sistem Pancasila berdasarkan sistem jahil, maka secara otomatis semua produknya adalah jahili.

 Ummat Islam selama ini ditipu oleh Ulama-Ulama (syu’) Pancasilais, dengan menempelkan ayat-ayat Allah pada butir-butir Pancasila, padahal semua itu adalah taktik untuk menenangkan ummat Islam, agar dikatakan Pancasila tidak bertentangan dengan Islam, mereka inilah yang disitir oleh Allah sebagai anjing, karena dia tahu ayat namun dijualnya dengan murah. 

Allah berfirman:
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (Al Araf: 176)
Ummat Islam harus waspada dan hati-hati dengan perbuatan semacam ini, walau bagaimanapun yang haq itu tak akan tercampur dengan yang bathil, yang haq pasti haq karena bersumber dari yang haq pula, dan sebaliknya. Seandainya yang bathil ada persamaan dengan yang haq, maka hal itu adalah bathil, walau kelihatannya haq. Demikian juga dengan Pancasila, walaupun disusupi ayat-ayat Al -Qur’an, pasti dia akan tetap bathil, karena dasarnya adalah sudah bathil.