Satu tahun Syaikh Usamah dan impian apokaliptik Amerika
Ukasyah – Kamis, 3 Mei 2012 13:06:40
“Kami membunuh Osama, bukan untuk memerangi Islam. Tapi kami memerangi Osama demi perdamaian dunia Islam,”
Kata-kata
itu betul-betul menyentak saya ketika diucapkan Obama pasca syahidnya
(insyaAllah) Syaikh Usamah Bin Ladin rahimahullah, satu tahun silam.
Orang Islam mana yang mau dibohongi Obama atas dalih perdamaian ketika
memerangi Al Qaidah demi mewujudkan sebuah tata kemanusiaan. Tata
kemanusiaan versi siapa? Versi Amerika!
Kita
tidak bisa memisahkan antara ucapan Obama dengan semangat teokrasi
Dajjalis ala bangsa sombong itu. Karena teologi dan kepentingan adalah
dua sisi mata uang yang selalu dikorbankan Amerika lewat semangat
Barbarismenya. Tentu kita masih ingat statement George Bush persis tiga
bulan pasca tragedi 9/11 dengan menyatakan bahwa perang melawan Usamah
adalah bentuk perang salib jilid II. Dan syahidnya Syaikh Usaman
hanyalah “martir”, batu loncatan, dan jembatan untuk menunggu nubuah
Yeremia: Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang
dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Zion!
Zionisme Kristen dan Apokaliptisisme Amerika
Kevin
Philips, dalam American Theocracy: The Peril and Politics of Radical
Religion, Oil, and Borrowed Money in the 21st Century, menilai ada
pengaruh fundamentalis Kristen radikal dalam pemerintahan Bush. Motif
serbuan AS terhadap Negara-negara Timur Tengah tidak hanya dipicu oleh
keinginan menguasai minyak dunia, namun juga tendensi teologis berupa
“impian apokaliptik” yang melekat dalam dogma Kristen fundamentalis.
Apokaliptik
sendiri adalah penyingkapan terhadap teks wahyu mengenai tanda-tanda
akhir zaman berupa kejadian-kejadian dahsyat dan kerusakan besar yang
disebabkan oleh ulah Sang Perusak bernama Antichrist (orang Islam
menyebutnya Dajjal). Untuk menyelamatkan umatnya yang beriman, Isa
Almasih as akan turun dan memulihkan kembali kerajaan Tuhan di muka bumi
dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.
Obama
adalah seorang Kristen Zionis yang begitu taat sekaligus cerdas.
Semangat misi zionis dalam jiwanya banyak tertuang dalam caranya
membangkitkan militansi heroik dalam tubuh pasukannya. Pada tahun 2009,
Obama pernah mengatakan kepada para Veteran Perang di negaranya bahwa
Amerika Serikat terpaksa bertempur di Afghanistan semata-semata jalan
untuk mengantisipasi terulangnya serangan seperti 11 September di masa
yang akan datang. Di masa ketika akhir zaman betul-betul akan meletuskan
benturan besar antara kaum salibi dengan pasukan tauhidi.
Arie
De Kuper, dalam bukunya, “Mulai Dari Musa Dan Segala Nabi”, menilai
Apokaliptisisme Fundamentalis Kristen dengan mentalitas pengusungan
Negara Modern Israel adalah model Zionisme Kristen. Dan menariknya
menurut De Kuper, semangat masuknya Zionisme Kristen di tubuh Amerika
bersamaan dengan teologi Armagedon atau perang di akhir zaman dalam
doktrin bible. Karenanya tidak heran ketika Israel memenangkan Perang
Enam Hari (melawan Mesir, Yordania, dan Suriah) Nelson Bell, editor
majalah Christianity Today, menyuarakan perasaan banyak orang Kristen
Evangelikal Amerika pada waktu itu dengan kebanggan sebuah kelompok
pongah bernama Yahudi.
“Untuk pertama kalinya di dalam kurun waktu
lebih dari 2000 tahun Yerusalem kini sepenuhnya berada kembali dalam
kekuasaan orang-orang Yahudi; dan fakta ini memberikan suatu kepercayaan
yang dibarui dan tergairahkan kepada setiap orang yang mempelajari
Alkitab bahwa Alkitab itu benar dan sah,” tulis Bell.
Ini artinya, tanpa sungkan Yahudi mengklaim
bahwa kemenangan Perang Enam Hari adalah murni itikad Allah untuk
memberikan bagian dari tanah yang tidak mereka (baca: Israel) terima
pada tahun 1948. Hasil dari Perang Enam Hari adalah bahwa Yudea dan
Samaria, dan Kota Lama Yerusalem, ibu kota kerajaan Daud, dikembalikan
kepada mereka sebagai pewaris sah Palestina.
Syahidnya Syaikh Usamah Bin Ladin rahimahullah
adalah satu tahap awal untuk membunuh para Ulama lainnya atas militansi
perang Salib antara Zionisme Kristen yang didukung Israel melawan Islam.
Ingat kita sudah berada di akhir zaman. Bukan saja dunia Islam yang
merasakannya, termasuk Kristen dan Yahudi. Dan Obama betul-betul
menemukan momentum pas untuk melebarkan sayap Zionisme seperti terlihat
dalam antusiasme masyarakat pasca syahidnya Syaikh Usamah.
Dalam kontelasi ini, kita sudah tidak bisa lagi
membedakan mana masyarakat sipil mana pemerintah AS: mereka semua turun
ke jalan membunyikan mobil, menyalakan motor, menyetel Televisi siang
malam dan menyebarkannya seluruh dunia, seakan akan mereka akan
menyambut Messiah turun ke bumi! Dan tampaknya Amerika memang
benar-benar serius menyambut momentum benturan akhir zaman baik lewat
film, novel, maupun lagu seperti, 2012, Core, The Day After Tomorrow,
Armageddon, The End of Evangelion, The Road Warrior, serial Left Behind
(Tim LaHaye dan Jerry B. Jenkins), Its Only Temporary (Eric Shapiro) dan
Survivors (Zion Ben-Jonah). Last Day on Earth (Duran Duran), Progenies
of the Great Apocalypse (Dimnu Borgir) dan King of the World (Steely
Dan).
Militansi Syaikh Usamah dan Pertarungan Timur Tengah
Senada dengan Yahudi dan Kristen, Syahidnya
Syaikh Usamah sama-sama akan menjadi motivasi bagi umat Islam untuk
melawan kaum kuffar di akhir zaman. Pasca Syahidnya Usamah, Al-Shabaab
pun bersumpah membalas kematian Syaikh Usamah dengan mengatakan
kekhalifahan global akan segera terbentuk. Bahkan HAMAS pun turut
mengecam pembunuhan Usamah. Tentu, ketika seluruh komponen jihadis
bersatu dalam panji Tauhid ini benar-benar akan sangat menakutkan bagi
Israel.
Sosok Syaikh Usamah betul-betul menjadi
semangat militansi umat Islam, karena Usamah adalah sosok yang dinilai
paling berani melawan hegemoni imperialisme Barat. Bahkan seminggu
sebelum syahid, Asy Syahid masih sempat memotivasi agar kaum muslimin
teguh menumbangkan para tiran di Timur Tengah. Dengan lantang, ia
menyatakan bahwa Matahari revolusi telah tiba dari Maghrib yang lampunya
mulai bersinar terang di Tunisia. Salah satu yang akan menjadi
tantangan besar bagi umat Islam adalah bagaimana meyakinkan Arab Saudi
bahwa Amerika betul-betul musuh sejati umat Islam. Bagaimana tidak? Arab
Saudi yang seharusnya menjadi Negara pelindung hak dan martabat umat
Islam justru terjebak pada koalisi kuffar bersama Amerika yang sejatinya
memang berniat menaklukan Saudi. Karena menguasai Saudi sama dengan
menjalankan separuh nubuwah teologi messianik dimana Yahudi masih
memiliki dendam ketika Bani Nadhir dan Bani Qainuqo berperang melawan
Rasulullah SAW dan Umat Islam.
Karenanya tidak heran dalam peta terbarunya,
-yang dikeluarkan Ralph Peters seorang perwira Intelejen Amerika di
tahun 2006,- Zionis berencana memecah Arab Saudi menjadi dua bagian:
antara Mekah dan Madinah. Kedua ‘negara’ ini nantinya akan menjadi
sebuah Negara independen bernama Islamic Sacred State. Sementara
separuh wilayah Saudi akan merangsek ke garis batas Yaman bagian
selatan.
Peta menguasai Timur Tengah jauh sebelum Ralph,
juga sudah dicanangkan Theodorl Herzl yang mengatakan bahwa cakupan
Zionis akan membentang dari sungai Nil ke Eufrat. Begitu pula dengan
testimoni Rabi Fischman di tahun 1947 yang berujar bahwa Tanah yang
Dijanjikan Tuhan untuk bangsa Yahudi dimulai memanjang dari Sungai Nil
ke Eufrat. Itu termasuk bagian Suriah dan Lebanon. Sedangkan Oded Yinon
dalam doktrinnya yang tercantum dalam Kivunin dan dikeluarkan oleh The
World Zionist Organization juga menyiratkan hal yang sama, “The Moslem
World is built like a temporary house of card put together by foreigners
divide into 19 states, all made combination of minorities dan ethnic
group wich are hostile to one another, so that every Arab Moslem state
nowaday faces ethnic social destruction from within, and in some a civil
war already raging,”
Oleh karena itu, clash antara Islam dan kaum
kuffar pasca syahidnya Syaikh Usamah ini terus berlangsung bahkan ketika
Dajjal turun. Maka daripada itu, Syahidnya Usamah adalah momentum untuk
Islam bersatu meraih kemuliaan dan kesemuanya akan berjalan beriringan
dengan semangat militansi Kristen, Yahudi, yang juga akan bersatu
membantai Islam demi menyambut sang messiah. Sudahkah kita
mempersiapkannya?
Wallahua'lam.
Oleh, Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar