Napak Tilas Perjalanan Jihad
Asy Syahid (InsyaAllah)
Ahmad Maulana
Ahmad Said Maulana adalah sosok perindu surga
yang sangat mencintai perjuangan jihad membela kaum muslimin yang tertindas.
Kiprah jihadnya dimulai ketika ribuan umat Islam Ambon dibantai Salibis saat
shalat Idul Fitri tahun 1998. Maulana terjun ke medan jihad Ambon pada generasi
awal di tahun 1999. Dua tahun kemudian, ketika umat Islam di Poso dibantai
salibis, Maulana pindah haluan ke medan jihad di Poso mulai tahun 2000.
Di kalangan mujahidin Ambon dan Poso, Maulana
dikenal sebagai sosok yang penuh keteladanan jihad. Karena kepribadiannya yang
sabar, setia kawan, dan sangat kuat tekadnya, ia sering menjabat sebagai
komandan perang dalam berbagai pertempuran melawan salibis.
Setelah konflik Poso reda, tahun 2003 Maulana
yang haus jihad itu berangkat ke Filipina untuk membantu jihad di Moro.
Naasnya, dalam perjalanan pulang dari Filipina melalui Malaysia, Maulana
ditangkap di Malaysia dan dijerat dengan Undang-undang Keamanan Dalam Negeri
Malaysia (ISA). Maulana pun mendekam lima tahun di penjara Malaysia yang
terkenal jauh lebih kejam daripada penjara Indonesia.
…Kejamnya penjara, ternyata tak membuat Maulana jera
dalam perjuangan jihad fisabilillah…
Tahun 2008 akhir, Maulana dibebaskan dan
pulang ke Indonesia. Kejamnya penjara Malaysia, ternyata tak membuat Maulana
jera dalam perjuangan jihad fisabilillah.
Akhirnya, tahun 2010 Maulana bergabung dengan
Kafilah Mujahidin Aceh. Dalam kelompok yang disebut-sebut sebagai “Tandzhim
Al-Qaidah Serambi Mekkah” ini, Maulana menjadi salah satu tokoh penting dalam
I’dad di pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar. Perjalanan jihad Maulana terhenti
saat nafasnya berhenti
Maulana gugur ditembak thaghut pada hari Rabu
(13/5/2010), sekitar pukul 12.00 WIB di Cawang, bersama dua laki-laki lainnya,
dengan tuduhan terorisme tanpa dibuktikan apa kesalahannya. Bahkan hingga di
pemakamannya, dua orang pria itu tak dikenali identitasnya, sehingga dua pria
tak teridentifikasi itu diberi nama MR. X-I/CWG/0001 dan MR. X-I/CWG/0002.
Tindakan semena-mena Densus itu mendapat
protes dari banyak tokoh. KH Mudzakkir mengecam tindakan semena-mena Densus
yang menembak mati ketiga mujahid itu. Bahkan Pimpinan Ponpes Al-Islam Solo ini
mengimbau umat Islam agar tidak mudah percaya kepada berita dari aparat
kepolisian yang menyangkut kasus terorisme. Ia meragukan kejujuran aparat
kepolisian soal tuduhan teroris terhadap tiga orang aktivis Islam yang ditembak
mati di Cawang. Pasalnya, setelah dua orang pemuda itu dibunuh dengan tuduhan
teroris, polisi tak bisa menunjukkan identitas, nama dan alamat dua orang
tersebut. Bahkan ketika dikuburkan di Pondok Ranggon Jakarta Timur, pada Selasa
(8/5/2010), polisi hanya bisa memberi label Mr X-1 dan Mr X-2 di nisan kuburan.
“Mereka membunuh dua orang yang disangka teroris tapi tidak tahu siapa namanya
dan di mana alamatnya, lalu kedua jenazahnya dikuburkan dengan diberi label Mr
X1 dan Mr X2,” gugatnya.
Dengan validitas yang tidak shahih seperti
itu, ujar Mudzakir, maka umat Islam dilarang keras percaya dengan informasi
polisi terkait berita terorisme. “Kelakuan Densus yang seperti itu, apakah kita
harus percaya kepada orang seperti itu? Maaf saja, keyakinan kami melarang
untuk percaya kepada mereka-mereka itu. Kita disuruh Allah untuk tidak
mempercayai omongan mereka itu,” pungkasnya.
…Di lengan dan paha Maulana terdapat bekas luka senjata
tajam. Luka ini adalah saksi jihad, ia terkena tombak dan panah saat berjihad
di Ambon…
Tak heran jika DPP FPI bersuara lantang
mendesak agar Komisi III meminta pertanggungjawaban Densus 88 dan Kapolri
Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri terkait 2 terduga teroris yang ditembak di
Cawang. Kinerja kepolisian patut dipertanyakan karena berani menuduh dua orang
sebagai teroris, padahal sampai dimakamkan di TPU Pondok Rangon, polisi tak
mengetahui identitas orang yang ditembak mati itu.
“Dua orang dulu diklaim memiliki hubungan
dengan teroris. Kedua orang ini dimakamkan di Pondok Rangon dengan nama Mr X.
Ini perlu diusut karena ini menyangkut nyawa seseorang,” kata Ketua Nahi Munkar
Front Pembela Islam (FPI), Munarman, saat melakukan audiensi dengan Komisi III
DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (31/8/2010).
Isyarat Syahid Ahmad Maulana
Setelah ditembak mati aparat thaghut dan
disemayamkan di RS Polri selama seminggu, Maulana dimakamkan di kampung
halamannya, K Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Petir Pamulang Tangerang,
Selasa (18/5/2010).
Cap teroris yang disematkan aparat kepada
Maulana, sama sekali tidak menyurutkan umat Islam untuk mempahlawankan Maulana
sebagai sosok mujahid. Dengan penuh duka, khalayak sangat antusias mengikuti
prosesi pemakaman dari shalat jenazah hingga penguburan. Dalam pemakaman,
berulang kali massa mengumandangkan takbir.
…Saat dimandikan, terjadi keajaiban dalam jenazah Maulana.
Darah segar masih mengalir dari mulut dan lubang telinganya, padahal sudah
hampir seminggu ditembak mati oleh Densus...
Saat dimandikan, menurut laporan muslimdaily.net,
terjadi keajaiban dalam jenazah Maulana. Nampak darah segar masih mengalir dari
mulut dan lubang telinganya, padahal sudah hampir seminggu menjadi korban
peluru Densus 88.
Di lengan tangan dan paha Maulana terdapat
bekas luka senjata tajam. Luka ini adalah saksi jihad Maulana, yang terkena
tombak dan panah saat berjihad di Pulau Buru, Ambon (1999-2000).
Semasa hidupnya, Maulana menggadaikan jiwa dan
raganya untuk Islam dan kaum muslimin. Kini Maulana gugur meninggalkan seorang
istri dan dua orang anak yang berstatus yatim. [A. Azka Izzatillah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar