Jumat, 04 Mei 2012

Hikmah d balik keterpurukan gerakan jihad

Hikmah di Balik Keterpurukan Gerakan Jihad, Para Mujahid Bersabarlah!
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang menunjuki dan menyesatkan kepada siapa yang Dia
kehendaki. Siapa yang diberinya petunjuk niscaya tak ada seorangpun yang mampu menyesatkannya.
Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh-Nya maka tak satupun yang mampu memberi petunjuk. Ya Allah
tunjukilah kami kepada jalan-Mu yang lurus.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam , yang telah
menyampaikan risalah, menasihati umat, dan berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenarnya.
Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga, para sahabat, dan umatnya yang
senantiasa meniti jalan hidupnya.
Kondisi umat Islam, diakui, dalam kondisi terpuruk. Negeri tempat tinggal mereka berada dibawah
tekanan dan kendali bangsa-bangsa kafir, khususnya Amerika dan sekutunya. Syariat Islam yang menjadi
aturan kehidupan mereka tidak boleh diterapkan. Bahkan bercita-cita tegaknya syariah saja sudah
diancam. Sehingga dengan sukarela atau terpaksa kaum muslimin di atur dengan syariat dan aturan
yang tidak diridhai Rabb mereka.
َﻢْﻜُﺤَﻓَﺃ ِﺔَّﻴِﻠِﻫﺎَﺠْﻟﺍ َﻥﻮُﻐْﺒَﻳ ُﻦَﺴْﺣَﺃ ْﻦَﻣَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﻡْﻮَﻘِﻟ ﺎًﻤْﻜُﺣ َﻥﻮُﻨِﻗﻮُﻳ
"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? " (QS. Al-Maidah: 50)
Di sisi lain dari kehidupan kaum muslimin, terdapat kelompok-kelompok yang serius dan konsisten
mengembalikan kejayaan umat Islam. Mereka berjuang untuk tegaknya kepemimpinan Islam yang lepas
dari tekanan bangsa kafir. Tujuannya, agar syariat Allah bisa ditegakkan. Kaum muslimin hidup mulia di
bawah syariat Tuhannya.
Jalan perjuangan yang ditempuh untuk tercapainya tujuan di atas memang beragam. Namun ringkasnya,
jalan dakwah -dengan bermacam bentuknya- dan jihad menjadi pilihan untuk sampainya kepada tujuan.
Karena keduanya telah ditempuh teladan umat Islam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, untuk
memenangkan Islam dan meninggikan kalimatnya.
Dalam perjalanan perjuangan Islam tadi, sekarang, kaum muslimin sedang mengalami keterpurukan.
Pejuang Islam satu demi satu gugur di tangan lawan. Sebagiannya ditangkap dan dipenjara, bahkan ada
yang dieksekusi mati dengan tuduhan teroris. Para tokohnya dirusak nama baiknya, sehingga umat
Islam yang awam menjadi benci kepada mereka dan tidak memberikan dukungannya.
Di tataran kelompok dan jamaah umat Islam, lembaga-lembaga yang konsisten mengusung Dakwah Wal
Jihad demi tegaknya syariah mendapat perlawanan hebat dari bangsa kafir. Para thaghut penentang
syariat dari kalangan munafikin yang menjadi cecunguk kafirin berada di barisan terdepannya. Mereka
bersatu padu untuk memberi stigma buruk terhadap gerakan dakwah dan jihad, sebagai kelompok
teroris dan fundamentalis. Akibatnya, kelompok dan jamaah tersebut diancam dibubarkan.
Kondisi yang tidak menyenangkan ini mengakibatkan beberapa pejuang Islam membelot dari jalan
perjuangan. Tidak lagi membela dakwah dan jihad Islam, tapi berbalik menjadi corong untuk padamnya
cahaya perjuangan, -entah apa sebabnya, tapi urusan fulus terlihat ada di baliknya-. Para pembelot
tersebut bersama para thaghut dan kafirin memerangi kaum muslimin. Mereka membuka semua
rahasia yang menjadi strategi perjuangan, sehingga semakin mudahlah musuh memusnahkan
pergerakan.
Melihat realita ini sebagian umat yang dahulu punya semangat menjadi melemah. Bahkan sebagian
menganggap ujian demi ujian yang datang sebagai indikasi salahnya jalan. Sehingga ia meninggalkan
jalan jihad dan memilih jalan berislam yang aman dari ancaman. Bagaimanakah hakikat perjuangan,
khususnya di akhir zaman ini? Apakah kekalahan dan keterpurukan menjadi indikasi salahnya jalan
sehingga harus ditinggalkan? Bagaimana seharusnya kaum Mujahidin menyikapi realita yang kurang
menyenangkan ini?
Ujian Untuk Penyaringan
Di antara sunah Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam perjuangan, adanya tamhis (penyaringan/seleksi)
dalam barisan pejuang Islam sebelum tibanya kemenangan. Karena kemenangan tidak akan diberikan
kecuali melalui tangan hamba-hamba pilihan. Kemenangan yang beturut-turut dan cepat akan
mengakibatkan masuknya manusia yang beragam kualitas iman dan kejujurannya dalam barisan
pemenang. Karena itu, Allah memberikan ujian kepada para hamba-Nya sehingga hanya tinggal pasukan
pilihan. Tidak ada dalam barisan mujahidin kecuali orang yang jujur dan teguh, mereka itulah yang akan
Allah tolong sesudah itu, sebagaimana yang terjadi pada ghazwah (perang) Uhud.
SesudahAllah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin pada perang Badar, banyak orang
madinah yang masuk Islam, di antara mereka ada golongan munafikin. Kemudian Allah Subhanahu wa
Ta'ala mentakdirkan perang Uhud sesudahnya sebagai tamhis (penyaringan dan seleksi), sebagaimana
firman Allah Ta'ala sesudah terjadinya perang ini,
َﻚْﻠِﺗَﻭ ُﻡﺎَّﻳَﺄْﻟﺍ ﺎَﻬُﻟِﻭﺍَﺪُﻧ َﻦْﻴَﺑ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻢَﻠْﻌَﻴِﻟَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir). " (QS.
Ali Imran: 140) Maka nampak dengan jelas kaum munafikin sesudah perang ini.
Tamhis ini juga sebagaimana yang dialami Thalut dan pasukannya saat bicara kepada pasukan yang
bersamanya, "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu
meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk
seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di
antara mereka." (QS. Al-Baqarah: 249) Maka menjadi bersihlah barisan Thalut dari para pendusta
dengan ujian ini, lalu yang sedikit inilah yang mampu mengalahkan Jalut dan pasukannya.
Saat manusia masuk Islam berbondong-bondong di Jazirah Arab pada akhir kehidupan Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam , padahal saat itu Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menyampaikan risalah ini
kepada seluruh umat, maka haruslah dilakukan tamhis (seleksi) terhadap mereka sebelum mereka
berangkat menyebarkan Islam dan memerangi Persia dan Romawi. Adalah wafatnya Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam merupakan ujian yang menampakkan muslim yang jujur dalam beragama dari
pendustanya. Sehingga muncullah kelompok-kelompok murtadin yang lalu diperangi kaum muslimin.
Hasilnya, barisan kaum muslimin menjadi bersih kembali sehingga kemenangan-kemenangan besar
dapat diraih sesudah itu.
. . . Karena kemenangan tidak akan diberikan kecuali melalui tangan hamba-hamba
pilihan. . .
Penutup
Karenanya, kepada mujahidin, janganlah kalian melemah semangat dalam memperjuangkan agama
Allah ini. Sesungguhnya tugas kalian adalah berjuang sungguh-sungguh dengan beristi'anah (meminta
pertolongan) dan tawakkal kepada Allah. Sesungguhnya kemenangan ada di tangan-Nya. "Dan
kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran: 126)
Ingatlah teguran Allah kepada sahabat Nabi yang melemah dalam perang Uhud sesudah mendapatkan
keterpurukan, "Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang
sabar." (QS. Ali Imran: 146)
Sabarkan diri Anda dan perkuat kesabaran itu. Sesungguhnya keterpurukan ini tidaklah abadi. Sesudah
malam pasti terbitlah siang. Sesudah keterpurukan pasti akan datang kemenangan, "Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-A'raf: 128)
Keterpurukan ini terjadi dengan izin Allah dan hikmah yang dikehendaki oleh-Nya. Yaitu untuk menyaring
orang-orang yang jujur dan sungguh-sungguh dalam berjuang dari para pendusta dan penyusup. Supaya
bersih barisan jihad dari munafikin dan pecundang, sehingga Allah akan datangkan kemenangan melalui
tangan-tangan hamba pilihan. Wallahu Ta'ala A'lam [PurWD/voa-islam.com]
Disarikan dari tulisan Nashir al-Fahd ('Alim dan Mujahid yang sedang tertawan), dari situs Mimbar
al-Tauhid wa al-Jihad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar