Senin, 28 Mei 2012


Wahai Orang-Orang Yang Masih Mempunyai Hati,
Renungkanlah!!!
Sebuah fenomena menarik terjadi saat ini..Sebagian kaum muslimin seolah-olah tidak pernah
mengetahui apa yang sedang dialami oleh umat Islam saat ini. Mereka seolah-olah buta terhadap
realita yang terjadi saat ini, bahwa Mekkah dan Madinah saat ini dipenuhi oleh orang-orang kafir
keturunan kera dan babi, bahwa negeri-negeri kaum muslimin dijajah, dan syari’at Allah
disingkirkan dari muka bumi.
Akhirnya mereka menilai pemuda-pemuda Islam yang sangat bersemangat di dalam
agamanya, yang sangat bersemangat memperhatikan kondisi kaum muslimin saat ini dan
memfokuskan hidupnya untuk berjuang menegakkan agama Allah dan menyisihkan kehidupan
dunianya untuk agamanya sebagai anak-anak kemarin sore yang hanya didorong oleh semangat
membara, emosi yang tidak terkontrol dan kondisi kejiwaan yang labil.
Sedangkan di sisi lain mereka menganggap suatu hal yang wajar dan normal jika ada pemudapemuda
Islam yang hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan hura-hura, mendengarkan musik,
sibuk dengan perkembangan dunia sepak bola dan berbagai macam hiburan duniawi lainnya.
Dan yang paling memprihatinkan, mereka merasa bahwa diri mereka adalah orang-orang yang
bijak dan tidak emosional.
Wahai orang-orang yang masih mempunyai hati, renungkanlah !!!
a. Jika ada seorang muslim yang sehari semalam minimal lima kali menghadapkan hati, wajah
dan anggota badannya ke kiblat, apakah rela bila kiblatnya dikencingi dan diberaki oleh
seekor babi? Lantas bagaimana jika kiblat umat Islam dijajah (bukan sekedar dikencingi
atau diberaki) oleh 300.000 s/d 500.000 "babi" (orang-orang kafir) ? Apakah bila si muslim
marah, ia layak disebut emosional dan hanya bermodal semangat ? Sedangkan bila si
muslim tenang-tenang saja, tidak mengusir dan tidak marah, dianggap sebagai orang yang
bijak dan tidak emosional ???
b. Jika ada seorang muslim mengetahui persis seorang pencuri mengambil Rp 10.000 di
lemarinya. Akankah ia biarkan saja si pencuri lolos ? Lantas bagaimana bila ia mengetahui,
para pencuri telah menguras kekayaannya ? Kekayaan yang nilainya sama dengan 62 %
kekayaan minyak bumi dunia ? Jika ia marah, mengusut dan menuntut si pencuri, layakkah
ia disebut emosional dan hanya bermodal semangat ? Ataukah ia sedang membela haknya?
c. Jika ada seorang muslim melihat sekawanan perampok membunuh salah seorang anggota
keluarganya. Bila ia berteriak geram atau bahkan melawan, layakkah ia disebut emosional
dan hanya bermodal semangat ? Lantas, bagaimana bila ia mengetahui para perampok
telah membunuh 2 juta anggota keluarganya (sesama muslim), mengusir 7 juta anggota
keluarganya dan menzalimi ratusan juta anggota keluarga lainnya ?
d. Jika ada seorang muslim yang berusaha hidup sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan assunnah,
menolak segala bentuk kekafiran, kebid'ahan dan kemungkaran. Jika ia melihat
musuh-musuh Islam datang memaksakan ajaran kekafiran (demokrasi, kapitalisme,
liberalisme), kemaksiatan dan kebejatan (budaya Barat), salahkah bila emosinya tersulut
dan kemarahannya bangkit ? Ataukah ia harus diam, membiarkan, dan bahkan merestui ?
Lantas, apakah semua fakta ini sebuah kebaikan ? Ataukah sebuah kejahatan, kezaliman dan
pelanggaran terhadap hak Allah, Rasulullah dan kaum beriman ?
Dari Bara' bin Azib bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, "Hancurnya dunia
adalah lebih remeh bagi Allah Ta'ala, daripada terbunuhnya seorang mukmin tanpa alasan yang
benar."1
Lantas, bagaimana Allah Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam mengarahkan ?
Allah Ta'ala mengarahkan dengan puluhan ayat untuk berjihad menyelamatkan akidah dan
membela umat manusia yang tertindas. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam mengarahkan dalam
1 - HR. Ibnu Majah : Kitabul Diyat. Dishahihkan styaikh Al-Albani dalam Shahih Jami' Shaghir no. 5078.
puluhan hadits untuk bahu membahu, saling menolong, menujukkan solidaritas dan mengubah
kemungkaran dengan kemampuan yang ada ; tangan, lisan atau hati.
Nu'man bin Basyir radiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda,
"Perumpamaan kaum muslimin dalam sikap saling mencintai, menyayangi dan membantu yang
lemah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, seluruh anggota
tubuh lainnya ikut merasakan sulit tidur dan demam." 2
Di Pasar Madinah, seorang wanita muslimah ditarik jilbabnya oleh seorang Yahudi sehingga
nampak auratnya. Seorang pemuda muslim yang melihatnya marah, bangkit dan berkelahi sampai
membunuh si Yahudi. Kaum Yahudi tidak terima dan mereka ramai-ramai mengeroyok si pemuda
muslim sampai meninggal. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam pun menggerakkan kaum
muslimin untuk menyerbu kampung Yahudi Bani Qainuqa'. Perang pun terjadi, berawal dari sebuah
pelecehan di pasar. Apakah tindakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam ini tindakan emosional
dan spontanitas tanpa pertimbangan masak-masak ?
Dalam proses perjanjian damai Hudaibiyah, tersiar kabar bahwa ’Utsman bin Affan radiyallahu
'anhu yang diutus sebagai duta diplomasi ke Makkah telah dibunuh. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa salam segera bereaksi dengan mengambil baiah (sumpah setia) 1400 sahabat untuk berperang
sampai mati demi menuntut balas nyawa Utsman. Apakah tindakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa salam ini juga emosional dan spontanitas tanpa pertimbangan masak-masak ?
Bani Bakar bin Wail---sekutu kaum Quraisy---menyerbu Bani Khuza'ah---sekutu kaum
muslimin---, sehingga menimbulkan korban nyawa dan harta benda. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa salam segera bereaksi dengan mengerahkan 10.000 prajurit untuk melakukan serangan ke
Makkah. Apakah tindakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ini juga emosional dan
spontanitas tanpa pertimbangan masak-masak ?
Sahabat Abdullah bin Amru bin Ash mengisahkan, suatu hari para pemimpin Quraisy
berkumpul di Hijr Ismail dalam Masjidil Haram. Mereka berbincang tentang Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa salam yang membodoh-bodohkan akal mereka, mencela bapak-bapak mereka,
menghujat agama mereka, memecah belah masyarakat dan mencela tuhan-tuhan mereka. Tiba-tiba
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam masuk ke Masjidil Haram untuk melakukan thawaf. Pada
putaran thawaf yang pertama, para pemimpin kaum Quraisy tersebut mengejek beliau. Pada putaran
thawaf kedua, kejadian serupa mereka ulangi. Ketika pada putaran thawaf yang ketiga, mereka tetap
mengejek, wajah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam merah padam karena kemarahan. Beliau
menghampiri mereka dan mengancam :.
"Dengarkan wahai segenap orang Quraisy ! Demi Allah yang nyawa Muhammad berada di
tangan-Nya. Aku benar-benar datang untuk menyembelih kalian !" 3
Apakah tindakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ---padahal saat itu, kaum muslimin
masih sedikit dan tertindas--- ini juga emosional dan spontanitas tanpa pertimbangan masak-masak ?
Kondisi yang menimpa umat Islam saat ini jelas merupakan kemungkaran yang menuntut
kaum muslimin untuk merubahnya dengan segala cara yang memungkinkan dan dibenarkan oleh
syariat ; dengan tangan, lisan maupun hati. Namun yang mengherankan dan menyedihkan, ketika
sebagian umat Islam (baca : para pemuda ingusan, anak kemarin sore yang emosional dan tergesagesa)
berusaha merubah kemungkaran ini, justru para tokoh umat Islam (terlebih kaum awam umat
Islam) mencela dan mengutuk mereka.
Anehnya, mereka sendiri tidak merubah kemungkaran yang ada ini dengan lisan mereka. Lisan
mereka justru sibuk "menguliti" para pemuda "emosional". Jika hati mereka membenci kemungkaran
yang ada, kenapa bukti fisik mereka (ucapan lisan) justru menghujat orang-orang yang berusaha
merubah kemungkaran ? Bukankah fisik merupakan cerminan isi hati ?
2 - HR. Bukhari : Kitabul Adab no. 6011, Muslim : Kitabul Bir wa Shilah no. 2586, dengan lafal Muslim.
3 . HR. Ibnu Ishaq sebagaimana disebutkan dalam Sirah Ibnu Hisyam 1/189, Ahmad 2/218, Al-Baihaqi dalam Dalailun
Nubuwah 2/275, Ath-Thabari dalam At-Tarikh 2/332, Al-Haitsami dalam Majma' Zawaid 6/15-16, ia mengatakan :
Diriwayatkan oleh Ahmad, dan Ibnu Ishaq telah secara tegas menyatakan as-sima' (mendengar langsung), sementara para
perawi lainnya adalah perawi dalam as-shahih. Syaikh Ahmad Syakir menyatakan dalam Syarhu Musnad Ahmad 11/204 :
sanad hadts ini shahih.
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata :
"Dien (agama) macam apa, dan kebaikan macam apa, yang tersisa pada diri seseorang yang
melihat hal-hal yang diagungkan Allah dinodai, aturan-aturan Allah ditelantarkan, agama Allah
ditinggalkan dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam dibenci, sementara hatinya dingin
saja, lisannya diam saja? Sungguh, ia tak lain adalah setan bisu, sebagaimana orang yang berbicara
dengan kebatilan adalah setan yang berbicara. Bukankah bencana yang menimpa agama ini hanya
berasal dari orang-orang semisal mereka ; orang-orang yang tak mempedulikan apapun yang
terjadi dengan agama, selama urusan makan dan kedudukannya selamat ?
Orang yang paling baik di kalangan mereka, adalah orang yang sok sedih dan murung. Padahal,
jika harga diri atau hartanya diganggu sedikit saja, ia akan mengerahkan segenap kemampuan,
bersunggguh-sungguh dan menggunakan ketiga bentuk merubah kemungkaran sesuai
kemampuannya. Mereka itu---selain telah jatuh harga dirinya di mata Allah dan Allah memurkai
mereka---telah ditimpa dengan musibah terbesar di dunia ini, namun mereka tidak menyadarinya.
Itulah bencana MATINYA HATI. Sesungguhnya semakin sempurna kehidupan hati seorang
manusia, rasa marahnya karena Allah dan Rasul-Nya akan semakin besar, dan pembelaannya
kepada agama akan semakin sempurna."4
Sedangkan guru beliau, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
“Ketahuilah -–semoga Alloh senantiasa memperbaiki diri kalian—, nikmat terbesar bagi orang
yang Alloh ‘Azza Wa Jallaehendaki kebaikan pada dirinya adalah ketika Alloh menghidupkannya
sekarang ini, di zaman ketika Alloh tengah memperbaharui agama-Nya, menghi-dupkan kembali
syiar kaum muslimin, menghidupkan ihwal kaum mukminin dan para mujahidin; sehingga
keadaannya mirip dengan As-Sabiqunal Awwalin dari kalangan Muhajirin dan Anshor. Maka siapa
saja yang melaksanakan semua ini di zaman sekarang, berarti ia termasuk orang-orang yang
mengikuti jejak mereka dalam kebaikan. Maka sudah selayaknya kaum mukminin bersyukur kepada
Alloh atas ujian yang pada hakikatnya adalah anugerah mulia dari Alloh Ta‘ala ini, seharusnya
mereka mensyukuri terjadinya fitnah yang di dalamnya mengandung nikmat besar ini. Hingga
seandainya para shahabat As-Sabiqûnal Awwalûn dari kalangan Muhajirin dan Anshor, seperti Abu
Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, dan yang lainnya, mereka hadir di tempat ini, tentu amalan paling
utama yang mereka lakukan adalah berjihad melawan orang-orang jahat itu. Dan tidak ada yang
ketinggalan dari peperangan seperti ini selain orang yang merugi perdagangannya, dungu
jiwanya, dan diharamkan untuk mendapatkan bagian besar dari dunia dan akhirat; kecuali orang
yang mendapatkan udzur dari Alloh, seperti orang sakit, fakir, buta, dan lain sebagainya”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah beserta keluarga
dan seluruh shahabat beliau.
Akhir kata, Alhamdulillahi rabbil ’alamin.
4 - I'lamul Muwaqi'in 2/121.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar