Minggu, 06 Mei 2012

Senyum dan Wangi para syuhada'

Aisha Az-Zahra II
Senyum dan Wangi Para Syuhada, Bukti Karomah Allah Ta'ala Kepada Mujahidin
Senyum dan Wangi Para Syuhada
Melihat senyum orang yang mati syahid (syuhada) membawa kesan tersendiri bagi orang-orang beriman.
Dengan kain kafan seadanya, terkadang masih tercecer darah segar pasca pertempuran, selalu terlihat
senyum tersungging indah di bibir mereka, meski dengan beragam ekspresi. Pancaran kegembiraan dan
rasa puas yang tak terhingga seolah menjadi hal yang ingin mereka sampaikan kepada dunia.
Memang, Allah Ta'ala telah menyiapkan bagi mujahidin dan orang-orang yang mati syahid di jalanNya
berbagai karomah, anugerah, ketinggian derajat dan kedudukan yang tidak dapat dicapai melalui ibadah-
ibadah yang lain.
Bahkan Nabi kita, tauladan kita, Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam berkeinginan kuat untuk
mendapatkan keistimewaan ini, mati syahid. Lihatlah, betapa manusia terbaik di alam ini bercita-cita
pula untuk syahid fi sabilillah. Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Demi yang jiwa Muhammad berada di tanganya, aku ingin berperang lalu mati syahid, kemudian
berperang lagi dan mati lagi, lalu berperang lagi dan mati lagi."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda :
"Berdiri satu jam di jalan Allah adalah lebih baik daripada berdiri shalat pada malam lailatul qadar di
samping Hajar Aswad." (HR. Ibnu Hibban, Al Baihaqi, dan yang lain)
Jihad fie sabilillah adalah puncak tertinggi (dzarwatus sanam) Islam, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam :
"Dzarwatus sanam (puncak tertinggi) Islam adalah jihad, tidak akan dapat mencapainya kecuali orang-
orang yang paling utama di antara mereka." (HR. Ath Thabrani)
Syekh Abdullah Azzam, pelopor jihad abad modern, banyak menceritakan karomah jihad dan mujahidin,
utamanya yang berjihad di Afghanistan. Beliau mengatakan bahwa di suatu ketika beliau sedang bersama
Jalaluddin Haqqani di Paktia dan melihat seorang mujahidin yang syahid. Beliau melihat betapa cerahnya
wajah si syahid seolah-olah memancarkan nur (cahaya). Saya teringat firman Allah yang berbunyi :
"Wujuhun yauma idzin nadhirah". Kami meneruskan perjalanan, lalu para pemuda yang hadir di sana satu
sama lain bertanya, "Apakah kalian mencium bau wanginya?" "Ya" kata yang lain, "Wangi sekali..."
Ghulam Muhyiddin dari Wardak menceritakan bahwa pada bulan Ramadhan 1404 H, yang saat itu musim
panas, gugur 15 mujahidin sebagai syuhada. Selama tiga bulan mereka berada di udara terbuka,
kepanasan dan kedinginan, namun tidak seorang pun dari mereka yang berbau busuk, malah sebaliknya,
bau mereka itu wangi.
Tentang wangi tubuh seorang yang mati syahid, Syekh Abdullah Azzam juga punya pengalaman sendiri.
Ketika beliau membawa surat yang diambil dari kantong Asy Syahid Abdul Wahid, panglima Baghman
yang gugur sesudah I'edul Adha tahun 1405 H. Surat yang terkena darah si syahid itu wangi sekali baunya,
meskipun sudah dua bulan surat itu ada di tangan beliau sejak dia tewas. Selain itu, sebuah surat yang
juga terkena darah syahid Yahya Siniyor, seorang mujahidin Arab berada di tangan Abul Hasan Al Madani
lebih dari dua bulan. Namun bau wanginya masih tetap. Lalu sebagian dikirimkan kepada keluarganya
agar dapat membuktikan sendiri bau wangi tersebut.
Dalam Risalah Taklimat, semacam peryataan sikap, Imam Samudra, Mukhlas, dan Amrozi rahimahullah
pernah menyatakan : ...Dan seandainya kami dieksekusi, maka cucuran dan tetesan darah kami-Insya
Allah, bi izdnillah-akan menjadi nur (cahaya lentera) bagi kaum mukminin, dan menjadi nar (neraka, api
penghangus) bagi kaum kafirin dan kaum munafiqin...
Foto Senyum Para Mujahidin
Banyak foto mujahidin yang diekspos media menampilkan mereka semua sedang tersenyum, misalnya
foto asy syahid Syamil Basayev, seorang komandan mujahidin Chechnya, tersenyum tipis dengan wajah
putih berseri di antara lebatnya jenggot beliau.
Begitu juga foto Syekh Abu Mus'ab Az Zarqawi, yang syahid akibat bombardir rudal pasukan kafir
Amerika dan sekutu-sekutunya di Baqubah, Iraq. Fotonya dipublikasikan di seluruh media, terutama
internet. Foto beliau nampak tersebyum tipis (seperti foto Imam Samudra) dan dengan wajah yang
terlihat bersih dan utuh.
Begitu pula foto asy syahid Mulla Daadullah, mujahidin Afghanistan, juru bicara Emirat Islam Afghanistan,
Juga foto Syekh Abdul Rashid Ghazi, ulama mujahidin yang syahid dibantai toghut Pakistan di Masjid Lal.
Bahkan Komander Khattab, pemimpin Mujahidin Arab di Chechnya didokumentasikan oleh kawan-
kawannya ketika syahid dan kaum muslimin dapat dengan mudah mengakses foto tersebut.
Dalam salah satu video produksi Ar Rahmah Media berjudul The Caravan of Syuhada In Afghanistan
Land ; Seharum Angin Surga, seorang mujahid dari Afghanistan, Haidarah Hawin menceritakan bagaimana
kondisi komandan beliau Usamah Al Hamawi, rahimahullah, yang mendapatkan kemuliaan mati syahid di
medan jihad Afghanistan. Berikut kesaksiannya :
"Beliau terbunuh dalam sebuah sergapan musuh. Beliau adalah orang yang sangat rendah hati dan aku
bergaul dengan beliau selama 4 tahun. Demi Allah, wajahnya sangat bersinar terlihat seakan-akan dia
tersenyum dan tidak terbunuh. Aku dan temanku mencium bau wangi dari jasad Usamah, aneh! Bau apa
ini ?, aku mencium bau wanginya sangat kuat. Demi Allah, selama hidupku aku tak pernah mencium bau
sewangi ini. Saya masih menyimpan sejumlah uang kertas yang saya usapkan pada darahnya ketika itu.
Dari darahnya ini tercium semerbak bau misk dan tidak hilang hingga 40 hari sejak beliau meninggal."
Subhanallah. Senyum mujahidin dan wangi tubuh mereka adalah sebuah bukti dari Allah Ta'ala kepada
para mujahidin bahwa mereka di sisi Allah Ta'ala menempati derajat yang mulia dan karena hal itu
pulalah mereka tersenyum dan bergembira. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sebenarnya
mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan
Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum
menyusul mereka bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka
bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imran : 168-171)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar